Cara Bekam yang Benar Bermanfaat dan Titik yang Dilarang Bagi Kesehatan

Cara bekam—atau cupping—adalah teknik terapi komplementer yang menggunakan cangkir untuk menciptakan sedotan pada kulit dengan tujuan meredakan nyeri, mengurangi ketegangan jaringan, dan mendorong relaksasi. Dalam praktiknya, ada beberapa variasi, seperti dry cupping (tanpa sayatan) dan wet cupping atau hijamah (dengan sayatan kecil untuk mengeluarkan sedikit darah). Meski populer, bekam tetap memerlukan standar keselamatan yang ketat agar manfaatnya terasa dan risikonya minimal. Badan-badan kesehatan menekankan bahwa efek samping dapat terjadi—dari memar hingga infeksi—dan manfaatnya bervariasi antar-kondisi, sehingga keputusan untuk membekam sebaiknya dibuat bersama tenaga kesehatan atau terapis yang kompeten.

Apa Manfaat Bekam—dan Sejauh Mana Bukti Ilmiahnya?

Sejumlah studi menunjukkan bekam bisa membantu menurunkan intensitas nyeri pada kondisi muskuloskeletal tertentu, terutama nyeri punggung bawah nonspesifik. Meta-analisis dan ulasan terbaru melaporkan perbaikan nyeri dan fungsi pada sebagian peserta, meski kualitas dan metode studi tidak selalu seragam. Artinya, bekam dapat dipertimbangkan sebagai terapi pendamping—bukan pengganti pengobatan utama—terutama bila ditangani praktisi terlatih.

Di sisi lain, bukti manfaat untuk kondisi-kondisi lain masih berkembang. Lembaga riset menilai efektivitas bekam belum konsisten di seluruh indikasi, sehingga komunikasi yang jujur tentang harapan hasil, lama terapi, dan evaluasi berkala sangat penting.

Risiko yang Perlu Dipahami Sejak Awal

Pada umumnya bekam menimbulkan memar sementara. Namun, efek samping lain bisa terjadi, seperti perubahan warna kulit yang menetap, luka lepuh, luka bakar (pada teknik pemanasan), infeksi kulit atau jaringan, hingga anemia bila wet cupping dilakukan berulang tanpa pengawasan yang baik. Kasus jarang tetapi serius—misalnya perdarahan di dalam tengkorak setelah bekam di kulit kepala, atau cedera pembuluh darah leher—pernah dilaporkan. Karena itu, pengetahuan anatomi dan pemilihan titik yang aman mutlak diperlukan.

Risiko-risiko tersebut umumnya dapat ditekan dengan praktik steril, pengendalian tekanan sedotan yang tepat, pemilihan pasien yang cermat, serta aftercare yang benar. Kegagalan menjaga kebersihan alat dan kulit menjadi sumber utama infeksi, terutama pada wet cupping.

Siapa yang Sebaiknya Tidak Dibekam?

Tidak semua orang cocok untuk bekam. Hindari atau tunda bekam bila Anda mengalami gangguan pembekuan darah (misalnya hemofilia), sedang mengonsumsi obat pengencer darah, memiliki trombosis vena dalam, anemia berat, atau sedang mengalami infeksi/kondisi kulit aktif (luka terbuka, ulkus, dermatitis). Orang dengan alat pacu jantung, penyakit kardiovaskular berat, atau riwayat kejang juga perlu kehati-hatian dan evaluasi medis terlebih dahulu.

Pada kehamilan, sebagian besar sumber menganjurkan untuk menghindari bekam di area perut dan punggung bawah karena berpotensi memicu ketidaknyamanan atau kontraksi; sejumlah institusi bahkan menyarankan untuk tidak melakukan bekam sepanjang kehamilan jika tidak ada indikasi yang jelas. Diskusikan dulu dengan dokter kandungan Anda.

Prinsip “Cara Bekam yang Benar” (Gambaran Aman, Bukan DIY)

Bekam bukan prosedur rumahan. Berikut adalah gambaran prinsip aman yang seharusnya diikuti terapis berizin—berguna bagi Anda untuk menilai kualitas layanan yang Anda terima.

1) Penilaian awal dan persetujuan tindakan. Terapis meninjau keluhan, riwayat penyakit, obat-obatan (terutama antikoagulan), alergi, serta melakukan pemeriksaan kulit. Pasien diberi informasi risiko, manfaat, alternatif, dan setuju secara sadar (informed consent).

2) Persiapan lingkungan dan alat. Alat harus bersih dan—pada wet cupping—instrumen tajam (lancet/pisau mikro) wajib sekali pakai, dengan pembuangan limbah medis sesuai standar. Kulit dibersihkan antiseptik; terapis menggunakan sarung tangan dan menjaga teknik aseptik sepanjang prosedur.

3) Pemilihan area yang aman. Terapis menentukan area jaringan lunak yang aman, jauh dari struktur vital seperti pembuluh nadi besar, saraf superfisial, dan area kulit yang teriritasi. Intensitas sedotan disesuaikan kondisi kulit/jaringan, bukan “semakin kuat semakin baik.”

4) Pelaksanaan dry cupping. Cangkir ditempatkan dan disedot secara bertahap hingga terasa kencang tetapi tidak nyeri tajam. Durasi biasanya beberapa menit dan dievaluasi; terapinya dapat berupa “diam di tempat” atau teknik gliding (cangkir digeser dengan pelumas) pada jaringan otot yang tegang. Selama tindakan, terapis memantau warna kulit dan kenyamanan pasien.

5) Pelaksanaan wet cupping (jika diindikasikan). Hanya oleh terapis kompeten. Setelah sedotan awal, dibuat sayatan mikro dangkal yang terkontrol di kulit yang bersih, lalu cangkir dipasang kembali untuk mengeluarkan sedikit darah. Volume, titik, dan frekuensi harus dibatasi secara klinis untuk mencegah kehilangan darah berlebihan. Setelahnya, luka dibersihkan dan ditutup balutan steril.

6) Perawatan setelah tindakan. Kulit dibersihkan, diberi pelindung bila perlu, dan pasien diberi arahan: jaga kebersihan area, hindari menggaruk, mandi air terlalu panas, sauna, atau olahraga berat pada hari yang sama; minum air cukup; pantau tanda infeksi (nyeri bertambah, bengkak, nanah, demam) dan segera periksa bila muncul.

Titik Bekam yang Dilarang atau Berisiko Tinggi

Pemilihan titik adalah kunci keselamatan. Secara umum, bekam tidak boleh dilakukan di atas struktur berikut karena risiko cedera serius:

Pembuluh nadi besar dan area dengan arteri superfisial. Hindari bagian depan leher (arteri karotis), ketiak (arteri aksilaris), lipat siku bagian dalam (arteri brakialis), dan lipat paha/selangkangan (arteri femoralis). Pada lokasi-lokasi ini, arteri lebih dekat permukaan sehingga sedotan dapat mengiritasi atau mencederai pembuluh.

Jaringan dengan pembuluh/struktur rentan. Jangan membekam langsung di atas vena varises, nodus limfa, mata dan kelopak, sekitar lubang tubuh (mulut, hidung, telinga, anus), atau area kulit yang meradang, terinfeksi, atau berbintil. Hindari pula area dengan saraf superfisial yang mudah teriritasi.

Leher bagian belakang dan sisi leher. Cara bekam di area servikal perlu keahlian khusus. Laporan kasus menunjukkan potensi komplikasi pembuluh darah (arteri vertebralis/karotis) setelah tindakan yang tidak aman. Bila dikerjakan, hanya praktisi berpengalaman yang seharusnya melakukannya, dengan penghindaran zona nadi.

Area kehamilan tertentu. Pada ibu hamil, hindari perut dan punggung bawah karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau memicu kontraksi; konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

Intinya: jangan membekam di atas arteri, vena varises, nodus limfa, saraf superfisial, area kulit yang bermasalah, mata dan sekitarnya, atau di sekitar orifisium tubuh. Ketepatan titik menentukan keselamatan.

Bagaimana Memilih Terapis dan Klinik Bekam yang Aman?

Carilah terapis yang dapat menunjukkan pelatihan/sertifikasi yang relevan, mempraktikkan standar higienis yang jelas (alat bersih, sarung tangan, antisepsis), bersedia menjelaskan manfaat-risiko dengan seimbang, serta menanyakan riwayat kesehatan dan obat Anda sebelum tindakan. Standar-standar ini—mulai dari asesmen klien, kriteria terapis, hingga formulir persetujuan—membantu menurunkan risiko yang tidak perlu.

Pertimbangkan pula komunikasi paska-tindakan. Terapis yang baik akan memberi panduan perawatan luka, tanda bahaya yang harus dipantau, dan kapan Anda perlu kembali atau justru dirujuk ke tenaga medis.

Kapan Anda Sebaiknya Menghindari atau Menunda Bekam?

Selain kontraindikasi medis, ada kondisi harian yang membuat cara bekam sebaiknya ditunda: saat Anda sedang demam, mengalami sunburn, baru saja mengalami trauma di area yang sama, atau kulit sedang sangat kering/retak. Tunda juga bila Anda kelelahan berat atau belum makan (pada beberapa orang ini dapat memicu pusing). Diskusikan setiap keraguan dengan terapis; bila perlu, cari pendapat dokter terlebih dahulu.

Intisari Praktis

Cara bekam bisa menjadi pilihan terapi komplementer—terutama untuk keluhan nyeri otot dan punggung—asal dilakukan dengan benar, pada orang yang tepat, oleh terapis yang memahami anatomi dan prinsip sterilisasi. Hindari area berisiko (arteri besar, varises, nodus limfa, mata/orifisium, kulit bermasalah) dan kondisi yang jelas kontraindikasi (gangguan pembekuan, sedang minum pengencer darah, trombosis, anemia berat). Pada kehamilan, jangan membekam perut dan punggung bawah, dan libatkan dokter kandungan dalam keputusan Anda. Dengan kehati-hatian ini, manfaat bekam dapat diraih sambil menjaga keselamatan tetap di depan.

Bekam yang aman dimulai dari seleksi pasien, titik yang tepat, dan praktik steril. Bila ragu, dahulukan konsultasi medis—terutama bila Anda memiliki penyakit penyerta atau sedang hamil.

Artikel Terkait

Maret 2024
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu

Send Us A Message

slot resmi

slot gacor

slot gacor

slot gacor

toto slot

albaslot

kemendikbudristek.id